Pada
zaman itu, suatu pelontaran tenaga dalam lewat jurus-jurus pamungkas
yang dilakukan oleh seorang pendekar pilih tanding banyak yang diilhami
oleh bentuk aksara, baik Aksara Jawa maupun Huruf Hijaiyah. Dengan hanya
mencoret-coret atau menuliskan sesuatu di udara kosong, tetapi,
hasilnya benar-benar luar biasa. Keadaan sekeliling bisa porak poranda,
bahkan, lawan bisa tewas dan pepohonan pun berhumbalang tak tentu arah
akibat terkena terjangan angin tenaga dalam yang keluar dari jari
telunjuk si pendekar.
Ini merupakan bukti betapa tata napas yang sempurna, mantra yang ampuh,
ditambah dengan penyatuan cipta, rasa dan karsa yang mumpuni, maka,
seseorang akan mampu menggulung jagat trigati yang ada dalam tubuhnya
sehingga menghasilkan kekuatan yang luar biasa dahsyat. Inilah kemampuan
tiwikrama dari seseorang.
Waktu terus berlalu, seiring dengan
perkembangan zaman, maka, kian terasa betapa budaya spiritual yang
diwariskan oleh para nenek moyang ternyata masih sangat bermanfaat bagi
hidup dan kehidupan umat manusia. Terutama bagi yang benar-benar mau
menjalankan olah batin yang sesuai dengan apa yang telah ditetapkan —
sebab, apabila tidak dijalankan dengan saksama, segala sesuatu yang
bersifat gaib akan sia-sia belaka. Dengan kata lain dapat dikatakan,
semakin seseorang mampu mendekatkan diri pada Sang Maha Hidup, yakni
senantiasa selalu melakukan gerakan dan kegiatan olah batin yang
sempurna, maka, ilmu yang dikuasainya akan menjadi semakin sempurna
karena ijabahNya.
Selaras dengan keterangan yang tersebut di atas, setelah menjalankan
tata laku dan membaca mantranya dengan sempurna ditambah mampu
membayangkan wanita yang dituju tanpa bergerak sama sekali, maka,
seseorang akan mampu melontarkan kekuatan Gendam Asmaradhana seiring
dengan bertiupnya pawana (angin-pen) untuk menggugah perasaan dan hati
dari wanita yang dituju. Hasilnya pun benar-benar luar biasa, dalam
waktu singkat, si wanita pun akan langsung datang bersimpuh dan menghiba
untuk mengharapkan balasan cintanya. Itulah sebabnya, kenapa ilmu
Gendam Asmaradhana ini tidak boleh untuk main-main dan hanya diturunkan
kepada murid-murid kinasih saja.
Warta berkisah, sejak zaman
Mataram, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma,
boleh dikata, Kidung Asmaradhana sudah amat pupuler di tengah-tengah
masyarakat. Tak ada yang bisa memungkiri, kepopuleran tembang yang
berisi mantra atau pitutur luhur (petunjuk hidup yang baik dan
benar-pen) sejajar dengan Kidung Megatruh, Kinanti, dan Mijil yang acap
dilantunkan dalam keseharian. Mulai dari pagelaran kesenian, khususnya
wayang kulit, sampai dengan menunggu kelahiran sang jabang bayi.
Karena
mengandung makna sebagai cinta yang selalu menyala-nyala dan gairah
yang tak terpadamkan, maka, bukan tak mungkin Kidung Asmaradhana
mengilhami para guru spiritual untuk mengubah syair dan menjadikan
kidungan yang satu ini sebagai upaya menjerat cinta lawan jenisnya.
Perlahan tetapi pasti, akhirnya, Kidungan Asmaradhana pun menjadi suatu
ajian yang banyak digunakan oleh para pembesar di zaman dahulu untuk
mengumpulkan selir-selirnya.
Pada masa saat itu, semakin banyak
mengumpulkan selir, maka, seseorang akan semakin meningkat pula status
sosialnya. Apa lagi, dalam hidup dan kehidupan manusia jawa, seorang
lelaki baru akan dikatakan lengkap bila dirinya telah memiliki wisma
(rumah-pen), turonggo (kuda, artinya kendaraan-pen), kukilo
(peliharaan-pen), curigo (senjata-pen) dan garwo (istri).
Secara
umum, ilmu pelet Gendam Asmaradhana ini memiliki tiga tingkatan yang
satu sama lain berbeda kekuatannya. Dimulai dari tingkat dasar, madya
dan terakhir sempurna yang sudah barang tentu, tingkatan tersebut baru
bisa dicapai bila seseorang telah mampu menjalankan ritualnya secara
utuh, tidak terpotong-potong minimal 7 hari dan maksimal 41 hari.
Di
dalam khazanah ilmu pelet yang ada di Tanah Jawa, pengamalan dan ritual
yang harus dilakukan oleh seseorang untuk menguasai ilmu pelet tingkat
tinggi ini adalah dengan cara menggabungkan antara Ilmu Jawa dengan
Islam Persia — tegasnya, penggabungan antara mantra Gendam Asmaradhana
dengan ilmu Lil Mahabbah Jauzun, suatu ilmu yang diyakini dapat
digunakan untuk menjaga hubungan antara suami istri agar tidak terjadi
perselingkuhan di antara keduanya.
Sumber : Brem Putradewa (Misteri)
indospiritual.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar