Akhirnya, Hasan pun menemukan kitab lusuh yang sudah berbilang waktu
dicarinya. Di dalam kitab itu tertulis kata dalam huruf Arab-Melayu; ...
sebelumnya, ambil wudhu dan kenakan pakaian yang bersih. Kemudian,
dirikanlah shalat Hajat 2 rakaat, lalu, tuliskan ayat-ayat tersebut di
bawah ini dengan menggunakan jafaron emas di atas cawan putih, dan
tuangkan air putih secukupnya.
Setelah tulisan larut, minum dan basuhkan ke seluruh tubuh. Lakukan selama tiga hari berturut-turut, Insya Allah mustajab.
Hari pertama; Bismillahi r-rahamnir-rahim dzalika takhfifun min Rabbikum wa rahmatun.
Hari kedua : ar-Rahmanu, dzalika takhfifun min Rabbikum wa rahmatun wa khaliqa l-insanu dla’ifan.
Hari ketiga: ar-Rahim, al-ana khaffafallahu.
Dan
benar, setelah hal tersebut dilakukan dengan kesungguhan dan rasa
ikhlas, maka, penyakit aneh yang sudah hampir setahun ini diidap Hasan
langsung sembuh karena Allah.
Sekali ini Saya akan menurunkan
kisah menarik yang dialami oleh salah seorang sahabat yang mukim di
salah satu kota di Sumatera Barat Hasan, 32 tahun, sebut saja begitu.
Pada masa kuliah di salah satu PTS di Jakarta, Hasan yang berkulit hitam
dan bertubuh atletis itu adalah seorang Tim Basket yang banyak
digila-gilai para gadis. Betapa tidak, selain ramah dan suka menolong,
Hasan juga tergolong mahasiswa terpandai di kampus kami. Praktis, tiap
tahun ia selalu berhasil menggondol beragam hadiah. Seusai wisuda tujuh
tahun lalu, Hasan sengaja kembali ke kampung halamannya, salah satu kota
di bilangan Sumatera Barat untuk menjadi guru matematika.
"Aku
akan mengabdikan tenaga dan pikiran untuk kampung halamanku. Dengan cara
itulah aku bisa membahagiakan ayah dan bunda yang selama ini
membiayaiku dengan susah payah", katanya ketika kami, lima sahabat,
selesai wisuda.
Kami berempat hanya bisa bersalaman sambil saling mendoakan.
Waktu
terus bergulir. Baru-baru ini, mendadak Saya dan beberapa kawan lainnya
mendapatkan kabar yang kurang menggembirakan dari Yanti, istri Hasan.
Berita
lewat sms itu teramat singkat dan mengejutkan; "Mohon doa kakak semua
buat Uda Hasan, semoga ia kuat menghadapi cobaan ini".
Tanpa
berlama-lama, Saya langsung menelepon. Ternyata, sudah hampir setahun
Hasan mengidap penyakit aneh. Betapa tidak, tiga rumah sakit besar serta
sederet paranormal tak ada yang bisa mendiagnosa penyakitnya dengan
tepat. Yang dirasakan Hasan adalah badannya selalu lemas, mual dan
kadang muntah serta tiap menjelang malam badannya pasti terserang demam
tinggi.
Bahkan, tubuhnya yang semula atletis kini hanya tinggal
tulang berbalut kulit tak hanya itu, kulitnya yang hitam legam dan
berminyak, kini mulai keriput dan kering. Penderitaan Hasan pun makin
lengkap, ia juga terserang oleh batuk kering yang berkepanjangan.
Menurut diagnosa dari beberapa dokter, ia terserang oleh kanker getah bening.
Sementara,
sederet paranormal yang didatangi menyatakan ia terkena santet yang
demikian ganas bahkan ada pula yang menyatakan betapa ada jin perempuan
yang mendambakan balasan cinta darinya.
Sudah barang tentu,
diagnosa dari dokter ditambah dengan keterangan dari beberapa paranormal
yang didatangi membuat Hasan menjadi bingung pasalnya, ia sama sekali
tidak merasa memiliki musuh apalagi menyakiti perasaan orang lain.
Ya
... kita berempat benar-benar tahu, semasa kuliah, Hasan tergolong anak
yang santun dan langsung meminta maaf bila ia merasa melakukan
kesalahan. Inilah beda Hasan dengan kami!
Setelah mendapatkan keterangan yang lumayan lengkap, Saya langsung menghubungi ketiga sahabat yang lain.
Ardi di Bekasi, Yana di Cirebon dan Hari di Lampung.
Kami
sepakat, di minggu pertama bulan depan, seiring dengan adanya libur di
hari Kamis dan Jumat, semua akan langsung berangkat untuk menyambangi
Hasan.
"Kita bertemu di rumah Hasan", demikian keputusan Yana.
Waktu
terasa berjalan begitu lambat. Pada hari yang telah ditentukan, Saya
pun berangkat dengan pesawat pertama. Menjelang Dzuhur, Saya telah
sampai di rumah Hasan.
Ternyata, semua telah berkumpul. Anehnya, Hasan yang dinyatakan sakit, malah menyambut Saya dengan tertawa.
Sekilas
Saya melihat tubuhnya yang kurus kering tetapi, keceriaannya tetap tak
pernah berubah. Sama seperti dulu saat kita masih bersama-sama menimba
ilmu dan baru mendapatkan kiriman dari keluarga masing-masing.
Ketika
Saya bersitatap dengan Yana, Ardi dan Hari, ketiganya hanya mengangkat
bahu tanda tak mengerti. Ternyata, mereka juga baru saja tiba dan Hasan
pun belum sempat bercerita. Hasan bahkan mulai sibuk menyambut tetua
kampung dan para tetangga yang datang. Ya ... hari itu, keluarga Hasan
sengaja menggelar acara syukuran atas kesembuhannya.
***
Malamnya,
Hasan pun mulai bercerita. Waktu itu, sehabis melatih Basket di
sekolah, mendadak ia merasakan pusing yang teramat sangat. Tubuhnya pun
langsung demam tinggi, bahkan sempat
menceracau! Melihat
keadaannya, Yanti, sang istri yang baru dinikahinya tiga bulan lalu,
langsung membawanya ke dokter terdekat. Dokter pun langsung memberikan
rujukan agar Hasan segera dirawat di rumah sakit. Di rumah sakit, dokter
pun mulai melakukan diagnosa tetapi apa daya, walau telah melakukan
pemeriksaan yang demikian intensif, tetapi, tak seorang pun dokter
berhasil menemukan penyakit yang diidap oleh Hasan. Begitu juga halnya
dua rumah sakit lain yang didatangi oleh Hasan.
Karena tak
mendapatkan jawaban yang memuaskan atas penyakitnya, atas saran beberapa
tetua kampung, Hasan pun mulai mencoba pengobatan alternatif. Hasilnya
pun sama. Malahan Hasan jadi bertambah bingung dengan keterangan mereka
yang satu sama lain berbeda.
Beruntung, ayah, bunda dan Yanti
selalu memberikan semangat. Akhirnya, pada bulan yang keempat, Hasan pun
semakin tekun mendekatkan diri dan berserah kepada-Nya. Sepulang
mengajar, jika ia tidak sedang merasa sakit, selalu diisi dengan shalat
sunah, mengaji dan shalat wajib tentunya. Bahkan, menginjak bulan kelima
Hasan mulai menjalankan puasa sunah Nabi Daud AS.
Keanehan pun
mulai terjadi. Seminggu sejak ia menjalankan puasa sunah, tiap menjelang
senja, terdengar geraman harimau di kebun yang terletak di belakang
rumahnya. Mulanya Hasan mengacuhkan saja.Tetapi, karena seisi rumah
mendengar geraman tersebut, Hasan pun jadi penasaran.
Pada suatu
ketika, bertepatan dengan malam Jumat, Hasan nekat ke luar rumah seusai
mendirikan shalat Maghrib. Dengan batere di tangan, ia mencoba mencari
sumber dari suara itu. Dan benar, di rimbunan semak di bawah batang
pohon durian yang sedang berbuah lebat, Hasan melihat ada sepasang mata
berkilau kehijauan.
Hasan tergugu. Kakinya bak menghujam tanah.
Ia tak mampu lagi menggerakkan tubuhnya ketika inyiak (panggilan halus
untuk harimau-red) mendekatinya. Ia hanya bisa bertasbih di dalam hati
....
Harimau itu mendekat seolah berkata-kata; "Carilah kitab peninggalan datukmu. Insya Allah, penyakitmu akan segera sembuh!"
Dan
karena Allah SWT, setelah apa yang tertulis di dalam kitab lusuh itu
dijalankan dengan kesungguhan dan ikhlas, Hasan pun kembali sehat
seperti semula. Dan dua hari kemudian, dengan wajah sumringah, Hasan dan
keluarganya melepaskan kepergian kami yang akan kembali ke kota
masing-masing sampai di Bandara Tabing.
Sumber : Surya Puja Nagara (Misteri)
indospiritual.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar