“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali-Imran [3]: 31)
“Ada tiga hal, barang siapa yang
mendapatkannya maka ia akan merasakan manisnya iman, Allah dan Rasul-Nya
lebih dicintai daripada selainnya, ia mencintai karena Allah, ia benci
untuk kembali kekafiran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia
benci dilemparkan ke neraka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hidup ini jika tanpa cinta tidak akan
berarti apa-apa. Begitulah syair yang sering dilantunkan olej para
pujangga. Begitu pula, cinta akan memberi pengaruh yang besar kepada
manusia dalam aktivitas kesehariannya. Jika cinta adalah sumber setiap
perbuatan, baik yang benar atau yang salah, maka sumber setiap aktivitas
agama adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Ada lima jenis cinta
yang harus dibedakan sehingg tidak timbul persepsi salah yang skhirnya
menyebabkan seseorang tersesat.
Pertama, cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah saja tidak cukup
untuk menyelamatkan seseorang dari siksa Allah dan mendapatkan pahala
dari-Nya, karena orang musyrik, penyembah salib, Yahudi, dan yang
lainnya juga mencintai Allah. Kedua, mencintai apa yang dicintai Allah.
Jenis cinta inilah yang memasukkan seseorang ke dalam Islam dan
mengeluarkannya dari kekafiran. Orang yang peling dicintai oleh Allah
adalah orang yang paling kuat kecintaannya dalam hal ini. Ketiga,
kecintaan karena Allah dan di jalan Allah. Kecintaan ini merupakan
syarat dari kecintaan kepada apa yang dicintai oleh Allah (jenis kedua).
Mencintai apa yang dicintai Allah tidak akan lurus jika ia tidak
mencintai karena Allah dan tetap beraada di jalan Allah. Keempat, cinta
mendua kepada Allah. Artinya ia mencintai selain Allah dan juga
mencintai Alah dengan kadar yang sama. Ini meriupakan cinta syirik.
Setiap orang yang mencintai sesuatu dengan kecintaan yang sama kepada
Allah, bukan karena Allah atau di jalan-Nya, maka ia telah
menjadikannnya sebagai tandingan Allah. Inilah jenis kecintaan
orang-orang musyrik. Kelima, kecintaan manusiawi. Kita dibolehkan
melakukannya, yaitu kecenderungan seseorang kepada apa yang ia senangi
dan yang sesuai dengan watak dan nalurinya. Seperti orang haus mencintai
air, lapar mencintai makanan, senang tidur, mencintai istri dna anak.
Ini bukan cinta yang dicela, kecuali jika telah melalaikan orang
tersebut dari dzikir kepada Allah.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur`an surat Al-Munafiqin [63] ayat: 9
“Hai orang-orang yang berian, janganlah hartamu dan anak-nanakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah, barangsiapa yang berbuat demikian
maka mereka itulah orang-orang yang merugi”.
Ada kalanya sebuah kemauan akan menghalangi kesempurnaan cinta kita
kepada Allah dan RAsul-Nya. Sehingga kecintaan kepada Allah akan
melemah, terganggu dan bahkan menimbulkan konflik. Jika demikian, maka
kamauan itu adalah kafir dan syirik besar. Namun jikan kemauan itu tidak
menimbulkan konflik dengan keimanan dan hanya melemahkannya maka
kemauan itu tetap harus dilawan. Allah berfirmah tentang Nabi Ibrahim,
“Ibrahim berkata, maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu
aku sembah, kamu dan nenek moyang kamu dahulu?. Sesungguhnya apa yang
kamu sembah itu aadalah musuhku,kecuali Tuhan semesta alam”. (QS. Asy-Syu`araa [26]: 74-77).
Jadi kecintaan, pemikan dan perwalian kepada Allah tidak akan pernah
terwujud kecuali dengan memenuhi semua sesembahan selain Allah dan
m,elepaskan diri darinya. Tidak ada yang lebih bermanfat bagi seseorang
hamba selain mendekatkan diri kepada Allah, dzikir kepada-Nya, cinta
kepada-Nya, mengutamakan ridha-Nya. Bahkan tidak ada kehidupan,
kenikmatan, kegembiraan, kecuali dengan hal-hal itu. Tidak adanya
hal-hal itu adalah siksa yang menyakitkan bagi seorang hamba. Seperti
orang yang sedang mabuk atau orang yang tak sadarkan diri, ia tidak akan
merasakan sakit, namun ketika tersadar maka ia akan merasakan sakit
tersebut. Ia akan segera merasakan siksa ketika hendak meninggal dunia.
Ia akan merasakn sakitnya ketika ia mati. Padahal kematianya tidak
akan mengembalikan angan-anagnnya untuk kembali kepada Allah.
Ketersiksaan itu buikan saja karena kehilangan kedekatan kepada Laah
ketika di dunia, tetapi juga siksa ruh dan badan yang tak terhingga.
Sebuah siksa yang tak mampu ditanggung oleh gunung sekalipun. Cinta dan
nafsu bedannya sangat tipisdan terkadang kita sendiri tidak bisa
membedakan manakah itu cinta dan manakah itu nafsu. Yang jelas cinta
kepada Allah adalah melakukan segala sesuatu, mengharapkan sesuatu hanya
kepada Allah sebagai dzat yang paling angung dan tidak ada duanya. Hal
ini bisa dilakukan dengan kecintaan dan pengharapan yang sangat
kepada-Nya. Jika hati seseorang telah telah terpaut kepada Allah maka
semakin hari raa rindu dan cinta kepada-Nya akan semakin meningkat.
Sedangkan nafsu adalah segala amal perbuatan yang dilakukan bukan karena
Allah semata, melainkan ada motif-motif manusiawi (riya`). Sehingga pada akhirnya akan terus menjerumuskannya kepada kesesatan.
Orang-orang yang berbuat baik dan okhlas berada di surga kenikmatan
dunia meski hidup dalam kesengsaraan. Orang-orang yang berbuat jahat di
dunia berada di neraka Jahim meski hidup mereka bahagia di dunia. Allah
berfirman dalam surat An-Nahl [16]: 87 yang artinya, “Barangsiapa
mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka pahala
yang lebih baik daripada yang mereka kerjakan”.
Rasulullah juga bersabda tentang hal ini “Bila kalian melewati
taman-taman surga? Para sahabat bertanya, “dan apa yang dimaksud dengan
taman surga itu? Baliau bersabda “ Saat kamu berkumpul berdzikir kepada
Allah Swt”. (HR. Tirmidzi)
Surga ma`rifah, surga cinta, surga kedekatan dengan Allah, surga
kerinduan berjumpa kepada-Nya, surga keridhaan Allah adalah tempat
tinggal ruhnya di dunia. Barangsiapa yang tempat tinggalnya di dunia
adalah surga-surga tersebut, maka surga Allah adalah tempat tinggalnya
di akherat. Barangsiapa yang tidak pernah memasuki surga-surga tersebut
di dunia, maka haram baginya surga Allah di akherat.
Begitulah beberapa keindahan yang dijanjikan Allah kepada manusia.
Maka sudah seharusnya ini dijadikan motivasi untu terus meningkatkan
kadar kecintaan kia kepada-Nya sebagi landasan keimanan kita tentunya.
Ini merupakan realitas dan perwujudan syahadat laa ilaha illallah. Oleh
karena itu, Allah mengharamkan neraka bagi orang-orang yang bersyahadat
dengan sebenar-benarnya syahadatr dan bagi mereka yang melakukan semua
konsekuensinya. Maksudnya, mereka menegakkan kalimat syahadat lahir dan
bathin, dalam hati dan kehidupan nyata. Ada manusia yang syahadatnya
“mati” ada yang “tidur” yang jika dibangunkan akan bangun. Ada pula yang
berada di antara sadar dan tidak.
Syahadat bagi hati adalah seperti nyawa dan ruh bagi tubuh. Ada ruh
yang sakit, ada ruh yang mati dan ada ruh yang labih dekat kepada mati
daripada hidup. Ada pula ruh yang hidup dan sanagt hidup bahkan mampu
mengobati tubuh.
Barangsiapa yang hidup untuk menegakkan syahadat dan mti demi syahadat, maka ruhnya akan berkeliling di surga. Allah berfirman “Dan
adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dalam menahan
diri dari keinginann dan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah
tempat tinggal (nya)” (QS. An-Naazi`aat [70]: 40-41).
Mulai saat ini mari kita berupaya untuk mencintai Dzat yang paling
angung, yang kita tidak akan dapat hidup bahagia tanpanya, melebihi
kecintaan kepada apapun juga, sebelum Allah mengambil kita.
Wallahu a`lam bishshowwab.
Penulis: Mashudi Antoro,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar