Selasa, 14 Agustus 2012

Cinta adalah Sumber dari Segala Perbuatan


“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali-Imran [3]: 31)
“Ada tiga hal, barang siapa yang mendapatkannya maka ia akan merasakan manisnya iman, Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selainnya, ia mencintai karena Allah, ia benci untuk kembali kekafiran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci dilemparkan ke neraka”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hidup ini jika tanpa cinta tidak akan berarti apa-apa. Begitulah syair yang sering dilantunkan olej para pujangga. Begitu pula, cinta akan memberi pengaruh yang besar kepada manusia dalam aktivitas kesehariannya. Jika cinta adalah sumber setiap perbuatan, baik yang benar atau yang salah, maka sumber setiap aktivitas agama adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Ada lima jenis cinta yang harus dibedakan sehingg tidak timbul persepsi salah yang skhirnya menyebabkan seseorang tersesat.
Pertama, cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah saja tidak cukup untuk menyelamatkan seseorang dari siksa Allah dan mendapatkan pahala dari-Nya, karena orang musyrik, penyembah salib, Yahudi, dan yang lainnya juga mencintai Allah. Kedua, mencintai apa yang dicintai Allah. Jenis cinta inilah yang memasukkan seseorang ke dalam Islam dan mengeluarkannya dari kekafiran. Orang yang peling dicintai oleh Allah adalah orang yang paling kuat kecintaannya dalam hal ini. Ketiga, kecintaan karena Allah dan di jalan Allah. Kecintaan ini merupakan syarat dari kecintaan kepada apa yang dicintai oleh Allah (jenis kedua). Mencintai apa yang dicintai Allah tidak akan lurus jika ia tidak mencintai karena Allah dan tetap beraada di jalan Allah. Keempat, cinta mendua kepada Allah. Artinya ia mencintai selain Allah dan juga mencintai Alah dengan kadar yang sama. Ini meriupakan cinta syirik. Setiap orang yang mencintai sesuatu dengan kecintaan yang sama kepada Allah, bukan karena Allah atau di jalan-Nya, maka ia telah menjadikannnya sebagai tandingan Allah. Inilah jenis kecintaan orang-orang musyrik. Kelima, kecintaan manusiawi. Kita dibolehkan melakukannya, yaitu kecenderungan seseorang kepada apa yang ia senangi dan yang sesuai dengan watak dan nalurinya. Seperti orang haus mencintai air, lapar mencintai makanan, senang tidur, mencintai istri dna anak. Ini bukan cinta yang dicela, kecuali jika telah melalaikan orang tersebut dari dzikir kepada Allah.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur`an surat Al-Munafiqin [63] ayat: 9 “Hai orang-orang yang berian, janganlah hartamu dan anak-nanakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah, barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”.
Ada kalanya sebuah kemauan akan menghalangi kesempurnaan cinta kita kepada Allah dan RAsul-Nya. Sehingga kecintaan kepada Allah akan melemah, terganggu dan bahkan menimbulkan konflik. Jika demikian, maka kamauan itu adalah kafir dan syirik besar. Namun jikan kemauan itu tidak menimbulkan konflik dengan keimanan dan hanya melemahkannya maka kemauan itu tetap harus dilawan. Allah berfirmah tentang Nabi Ibrahim, “Ibrahim berkata, maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu aku sembah, kamu dan nenek moyang kamu dahulu?. Sesungguhnya apa yang kamu sembah itu aadalah musuhku,kecuali Tuhan semesta alam”. (QS. Asy-Syu`araa [26]: 74-77).
Jadi kecintaan, pemikan dan perwalian kepada Allah tidak akan pernah terwujud kecuali dengan memenuhi semua sesembahan selain Allah dan m,elepaskan diri darinya. Tidak ada yang lebih bermanfat bagi seseorang hamba selain mendekatkan diri kepada Allah, dzikir kepada-Nya, cinta kepada-Nya, mengutamakan ridha-Nya. Bahkan tidak ada kehidupan, kenikmatan, kegembiraan, kecuali dengan hal-hal itu. Tidak adanya hal-hal itu adalah siksa yang menyakitkan bagi seorang hamba. Seperti orang yang sedang mabuk atau orang yang tak sadarkan diri, ia tidak akan merasakan sakit, namun ketika tersadar maka ia akan merasakan sakit tersebut. Ia akan segera merasakan siksa ketika hendak meninggal dunia.
Ia akan merasakn sakitnya ketika ia mati. Padahal kematianya tidak akan mengembalikan angan-anagnnya untuk kembali kepada Allah. Ketersiksaan itu buikan saja karena kehilangan kedekatan kepada Laah ketika di dunia, tetapi juga siksa ruh dan badan yang tak terhingga. Sebuah siksa yang tak mampu ditanggung oleh gunung sekalipun. Cinta dan nafsu bedannya sangat tipisdan terkadang kita sendiri tidak bisa membedakan manakah itu cinta dan manakah itu nafsu. Yang jelas cinta kepada Allah adalah melakukan segala sesuatu, mengharapkan sesuatu hanya kepada Allah sebagai dzat yang paling angung dan tidak ada duanya. Hal ini bisa dilakukan dengan kecintaan dan pengharapan yang sangat kepada-Nya. Jika hati seseorang telah telah terpaut kepada Allah maka semakin hari raa rindu dan cinta kepada-Nya akan semakin meningkat. Sedangkan nafsu adalah segala amal perbuatan yang dilakukan bukan karena Allah semata, melainkan ada motif-motif manusiawi (riya`). Sehingga pada akhirnya akan terus menjerumuskannya kepada kesesatan.
Orang-orang yang berbuat baik dan okhlas berada di surga kenikmatan dunia meski hidup dalam kesengsaraan. Orang-orang yang berbuat jahat di dunia berada di neraka Jahim meski hidup mereka bahagia di dunia. Allah berfirman dalam surat An-Nahl [16]: 87 yang artinya, “Barangsiapa mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka pahala yang lebih baik daripada yang mereka kerjakan”.
Rasulullah juga bersabda tentang hal ini “Bila kalian melewati taman-taman surga? Para sahabat bertanya, “dan apa yang dimaksud dengan taman surga itu? Baliau bersabda “ Saat kamu berkumpul berdzikir kepada Allah Swt”. (HR. Tirmidzi)
Surga ma`rifah, surga cinta, surga kedekatan dengan Allah, surga kerinduan berjumpa kepada-Nya, surga keridhaan Allah adalah tempat tinggal ruhnya di dunia. Barangsiapa yang tempat tinggalnya di dunia adalah surga-surga tersebut, maka surga Allah adalah tempat tinggalnya di akherat. Barangsiapa yang tidak pernah memasuki surga-surga tersebut di dunia, maka haram baginya surga Allah di akherat.
Begitulah beberapa keindahan yang dijanjikan Allah kepada manusia. Maka sudah seharusnya ini dijadikan motivasi untu terus meningkatkan kadar kecintaan kia kepada-Nya sebagi landasan keimanan kita tentunya. Ini merupakan realitas dan perwujudan syahadat laa ilaha illallah. Oleh karena itu, Allah mengharamkan neraka bagi orang-orang yang bersyahadat dengan sebenar-benarnya syahadatr dan bagi mereka yang melakukan semua konsekuensinya. Maksudnya, mereka menegakkan kalimat syahadat lahir dan bathin, dalam hati dan kehidupan nyata. Ada manusia yang syahadatnya “mati” ada yang “tidur” yang jika dibangunkan akan bangun. Ada pula yang berada di antara sadar dan tidak.
Syahadat bagi hati adalah seperti nyawa dan ruh bagi tubuh. Ada ruh yang sakit, ada ruh yang mati dan ada ruh yang labih dekat kepada mati daripada hidup. Ada pula ruh yang hidup dan sanagt hidup bahkan mampu mengobati tubuh.
Barangsiapa yang hidup untuk menegakkan syahadat dan mti demi syahadat, maka ruhnya akan berkeliling di surga. Allah berfirman “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dalam menahan diri dari keinginann dan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya)” (QS. An-Naazi`aat [70]: 40-41).
Mulai saat ini mari kita berupaya untuk mencintai Dzat yang paling angung, yang kita tidak akan dapat hidup bahagia tanpanya, melebihi kecintaan kepada apapun juga, sebelum Allah mengambil kita.
Wallahu a`lam bishshowwab.
Penulis: Mashudi Antoro,

Tidak ada komentar: