Selasa, 14 Agustus 2012

Membenarkan Dengan sebuah Keteladanan

(“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”)(QS.Al-Ahzab:21)
Ayat al-qur`an dan hadist di atas menunjukkan bahwa Islam adalah sebuah agama yang menyejukkan dan harmoni. Dan dalam hal keselamatan Imam Ali bahkan berkata, ”Begitu membayar Jizyah, harta mereka sama harus dijaganya dengan harta kita, darah mereka menjadi sama nilainya dengan darah kita.” Begitulah Islam mengajarkan kepada kita umatnya bagaimana memperlakukan kaum non muslim dan para tamu asing yang masuk secara resmi dan baik-baik di negara muslim, apalagi negara kita yang merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.
Jadi bila mereka telah menunaikan kewajibannya ketika masuk ke wilayah negara kita maka secara otomatis telah menjadi tamu resmi dan tidak ilegal. Maka harta, kehormatan dan darah mereka wajib kita jaga bersama-sama. Jika tidak, jika sampai menyakiti mereka, maka berarti kita sama saja telah menyakiti Baginda Nabi, kita juga telah menyakiti Allah, kalau kita telah lancang berani menyakiti Allah dan Rasul-Nya, maka siapakah diri kita ini?. Masih pantaskah kita mengaku sebagai manusia dan pengikut ajaran Baginda Nabi Muhammad SAW.
Terlepas dari itu, cobalah sedikit kita lihat seperti sekarang ini, di negara-negara Islam terutama negara kita Indonesia sudahkah kita menunaikan ajaran yang telah di wariskan oleh Baginda Nabi tersebut?. Karena masih terdapat perilaku yang tidak sesuai dengan yang telah diajarkan Rasulullah, Seperti, pengeboman, pembunuhan, pelecehan dan penganiayaan yang dilakukan oleh kita umat yang mengaku diri sebagai muslim dan kerapkali sasarannya adalah para turis manca negara yang sebenarnya tidak melakukan kesalahan.
Memang kita semua pasti tidak bisa menerima tindakan zalim yang dilakukan oleh siapapun, termasuk yang telah dilakukan oleh Amerika dan sekutunya selama ini, tetapi sebagai orang yang beriman seharusnya kita berpikir untuk lebih dewasa dengan sebaliknya menunjukkan kepada dunia bahwa kita umat Islam adalah umat beradab yang penuh dengan kasih sayang, saling menghormati, toleransi dan memiliki sifat baik seperti yang diajarkan dalam Islam. Seharusnya yang kita salahkan adalah kebijakan pemerintah Amerika dan sekutunya bukan warga negaranya, dan itupun dengan cara-cara yang diplomatis dan jangan bertindak seenak nafsu kita, sehingga kita bisa terhindar dari perilaku yang sungguh jauh dari perbuatan yang terpuji dan dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Bukankah Allah telah memuliakan semua manusia seperti yang termaktub di dalam Al-Qur`an surat Al-Israa` ayat 27 ”Wa laqad Karramna banii Adam (Dan telah Kami muliakan anak keturunan Adam).” Jika Allah saja telah memuliakan manusia, kenapa masih ada manusia Islam yang mencaci dan melaknat sesamanya?. Apakah ia merasa lebih tinggi martabatnya daripada Tuhan.
Saudaraku, ketahuilah justru dengan tindakan yang tidak dewasa seperti tersebut diatas nantinya akan terus menguatkan opini masyarakat dunia terutama Amerika dan sekutunya yang selama ini beranggapan bahwa orang Islam kasar dan tidak punya perikemanusiaan semakin terbukti. Karena dengan tindakan yang tidak terpuji dan seenak nafsu kita itu meskipun hanya segelintir orang, tentunya akan menggambarkan kebobrokan ajaran dan akhlak sebuah kaum padahal dalam ajaran agama manapun tidak ada yang mengajarkan kerusakan apalagi agama kita Islam. Apakah kita umatnya yang kelak sangat mengharapkan syafaat dari Baginda Nabi di akherat telah benar-benar mencintai beliau sedangkan kita tidak pernah mengikuti apa yang telah di cintai dan di tuntunkan Beliau?. Padahal Baginda Rasul mengajarkan kepada kita untuk menghormati tamu. janganlah kita lupa, Beliau pernah bersabda ”Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hormatilah tamunya.” Jadi para turis itu adalah tamu bagi kita sehingga harus dihormati sebaik-baiknya. Itu jika kita merasa beriman kepada Allah dan hari akhir. Jika tidak, ya terserah! Lakukan apa yang ingin anda lakukan, tetapi jangan sesekali anda menamakan diri anda bagian dari umat Islam. Sebab tindakan yang menyakiti, membunuh dan tidak menghormati tamu itu jauh dari ajaran Islam. Karena hanya dengan keteladanan yang baiklah kita bisa membuktikan kepada mereka akan kebenaran ajaran Islam.
Mengapa kita tidak belajar dari apa yang pernah dilakukan oleh Baginda Rasul ketika semasa hidupnya. Ketika itu Islam harus dihadapkan dengan persoalan untuk hidup secara berdampingan dengan kaum kafir quraisy dimana sebelumnya telah memusuhi dan memperlakukan umat Islam dengan tidak adil dan semena-mena, serta juga harus hidup berdampingan dengan orang-orang non-muslim lainnya. Rasul yang juga sebagai kepala pemerintahan kala itu membuat sebuah aturan, jika dia warga negara tak terkecuali non-muslim maka dia harus menunaikan kewajibannya sebagai warga negara yaitu membayar pajak dan setelah itu haknya sama dengan orang Islam dan wajib dilindungi. Jadi mengapa kita masih sering mengingkari contoh tauladan yang telah diberikan oleh Baginda Nabi? dimana seharusnya Beliaulah yang harus dijadikan suri tauladan yang baik bagi kita karena jelas sumbernya dan telah termaktup di dalam Al-Qur`an surat Al-Ahzab ayat 21. Kita tidak boleh ragu akan dirinya jika kita benar-benar cinta kepadanya. Karena bila seorang telah mengaku cinta kepada seseorang yang lain maka seharusnya ia juga akan mencintai apa yang telah dicintai oleh kekasihnya itu. Dan dalam hal ini adalah kecintaan kita kepada Baginda Rasul, jadi mengapa kita tidak turut mencintai apa yang telah Beliau cintai.
Dan ingatkah kita apa yang pernah dilakukan dan alami oleh Rasulullah ketika Beliau pernah diludahi, dilempari batu dan kotoran, Beliau tidak marah dan menaruh dendam, sebaliknya terus mendo`akan ke hadirat Allah SWT untuk orang/kaum yang menyakitinya. Beliau terus mengajak mereka kepada kebenaran dengan sebuah sikap teladan, karena Beliau tahu bahwa orang/kaum tersebut belum mengetahui Islam secara baik dan benar. Hingga dengan kecintaan dan keteladanan itulah orang/kaum yang telah menyakiti semakin tergugah hatinya dan pada akhirnya tertarik untuk masuk kedalam agama Islam tanpa dipaksa.
Kita juga bisa melihat bahwa sejarah telah membuktikan dimana sifat cinta kepada siapa saja tak terkecuali non-muslim yang telah di contohkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, telah memberikan lebih banyak manfaatnya dari pada mudharotnya. Contohnya waktu itu di Makkah dan Madinah masyarakatnya memiliki agama dan keyakinan yang beraneka ragam tapi tetap bisa hidup berdampingan secara damai dan sejahtera. Sehingga sekali lagi, jika kita memang benar-benar mencintai Rasulullah agar kelak mendapatkan syafaatnya, hingga mengantarkan kita pada janji Allah yaitu surga yang tidak pernah terpikir dan dibayangkan oleh siapapun dan terbesit didalam hati setiap manusia karena begitu indahnya, maka mengapa kita tidak berusaha mengikuti apa yang telah di tuntunkan oleh Rasulullah?. Sebab cinta yang paling hakiki adalah kecintaan kita kepada Allah dan Rasulnya dengan jalan mengikuti apa yang telah di tuntunkan oleh Allah dan Rasul-Nya hingga akhir hayat.
Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin dan selalu mengajarkan kepada sikap untuk saling mengasihi serta saling memaafkan satu sama lain. Sehingga sudah menjadi kewajiban bagi kita semua umat Islam di dunia untuk mulai dari sekarang beranggapan seperti yang telah Rasulullah contohnya dahulu bahwa mereka (orang, kaum, bangsa, agama) yang selalu mencela, menghina dan menyudutkan umat Islam seperti sekarang ini dikarenakan oleh ketidaktahuan mereka terhadap ajaran Islam yang sebenarnya. Dan mari luruskan kembali anggapan mereka yang keliru itu dengan sikap teladan yang kita berikan seperti yang Rasulullah contohkan karena dengan sikap teladan inilah tentunya akan membuktikan bahwa anggapan mereka terhadap Islam selama ini yang kasar dan tidak berperikemanusiaan adalah hal yang keliru. Mari kita buktikan bahwa Islam tidak seperti yang selama ini mereka ketahui dan bayangkan. Agar nantinya kita bisa hidup secara berdampingan dengan damai, sejahtera dan mencapai kemakmuran secara bersama pula.
Semoga kita termasuk golongan orang yang selalu meletakkan Islam sebagai agama yang Rahmatan lil Alamin dan terus memupuk kecintaan kepada Baginda Nabi dengan mengikuti apa yang telah Beliau tuntunkan, sehingga nantinya kita akan memelihara keimanan dengan rasa cinta dan kasih sayang serta dapat mengemban amanah Illahi Robbi yang menjadi tanggungjawab. Karena dakwah yang mujarab bukan hanya dari lisan saja akan tetapi lebih kepada keteladanan (perbuatan) yang kita berikan.
Wallahu a`lam bishshowwab.
Penulis: Mashudi Antoro, telah di terbitkan pada lembar Jum`at Al-Rasikh (2007)

Tidak ada komentar: